BAB I
PENDAHULUAN
PENDAHULUAN
1.1 Latar
Belakang
Genetika disebut juga ilmu keturunan. Genetika merupakan
ilmu yang mempelajari bagaimana suatu sifat diturunkan pada suatu organisme,
serta variasi yang mungkin timbul didalamnya. Manusia sampai saat ini masih
sangat sulit digunakan sebagai permodelan dari genetika. Oleh karena itu, kita
dapat menggunakan tumbuhan dan hewan sebagai obyek atau bahan percobaan dalam
mempelajari hukum-hukum dari penurunan sifat. Model genetika yang biasanya
digunakan adalah tumbuhan. Alasannya, karena tumbuhan mudah ditanam, mudah
dikontrol suasana lingkungannya, dan mudah dibiakkan serta memiliki jumlah
anakan yang banyak. Pada tahun 1905, hewan mulai dipakai sebagai hewan
percobaan genetika setelah W.E Castle memperkenalkan Dhrosophila. Sebenarnya,
Dhrosophila melanogaster sudah mulai digunakan sebagai model percobaan genetika
sejak 1901 namun baru popular pada tahun 1910. Hal ini disebabkan karena T.H
Morgan berhasil memperoleh lalat buah yang memiliki mata putih, padahal
biasanya berwarna merah. Setelah itu, didapatkan beragam mutasi lainnya pada
Dhrosophila melanogaster.
Drosophila melanogaster adalah jenis serangga bersayap yang
masuk ke dalam ordo Diptera (bangsa lalat). Spesies ini umumnya dikenal sebagai
lalat buah, di
dalam pustaka-pustaka biologi eksperimental organisme ini
yang paling banyak digunakan dalam penelitian khusunya dalam penelitian
genetika. Sejarah kehidupan Drosophila melanogaster populer karena sangat mudah
berkembang biak yaitu hanya memerlukan waktu dua minggu untuk menyelesaikan
seluruh daur kehidupannya, selain itu dalam pemeliharaannya juga terbilang
sangat mudah, serta memiliki banyak variasi fenotipe yang relatif mudah
diamati.
Dalam melakukan praktikum genetika yang berikutnya, kita akan semakin banyak menggunakan Dhrosophila sebagai bahan permodelan genetika. Siklus hidupnya penting untuk diketahui karena dengan mengetahuinya kita dapat memberikan perlakuan yang sesuai dalam perawatannya. Selain itu, dengan mempelajari siklus hidup kita dapat mengetahui fase-fase dari telur hingga menjadi imago dan mengetahui kondisi yang tepat bagi masing-masing fase-fase.
Dalam melakukan praktikum genetika yang berikutnya, kita akan semakin banyak menggunakan Dhrosophila sebagai bahan permodelan genetika. Siklus hidupnya penting untuk diketahui karena dengan mengetahuinya kita dapat memberikan perlakuan yang sesuai dalam perawatannya. Selain itu, dengan mempelajari siklus hidup kita dapat mengetahui fase-fase dari telur hingga menjadi imago dan mengetahui kondisi yang tepat bagi masing-masing fase-fase.
1.2.
Rumusan Masalah
Apakah ada pengaruh jenis makanan terhadap warna
mata lalat Drosophila?
1.3 Tujuan Penelitian
Mengetahui apakah ada pengaruh jenis makanan
terhadap warna mata lalat drosophila.
1.4
Manfaat penelitian
Manfaat
dari penulisan laporan ini adalah :
·
Dapat
mengetahui pengaruh jenis makanan terhadap warna mata
lalat drosophila
1.5 Metode
penulisan
Dalam
pembuatan laporan ini dilakukan dengan cara :
·
Metode identifikasi.
·
Mengumpulkan data dari buku dan
internet.
1.6 Sistematika Penulisan
Untuk
memudahkan para pembaca penulis menyusun laporan ilmiah ini dalam beberapa bab.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Kajian Teori
Soemartono (1979)
menyatakan
bahwa drosophila sp merupakan hewan
yang bersayap , dan berukuran kecil. Maka dari itu pengamatan morfologi hewan ini bisa dengan menggunakan alat bantu
seperti LUV ataupun kaca pembesar . genus drosophila
menpunyai banyak spesies . spesies yang paling banyak dan tersebar luas adalah drosophila melanogaster. Selama musim
panas spesies ini terdapat disemua bagian dunia yang biasanya mengerumuni
buah-buahan yang ranum . Drosophila memiliki
ciri morfologi yang berbeda antara jantan dan betina nya . pada drosopila jantan memiliki ukuran tubuh
yang lebih kecil bila di bandingkan dengan yang betina. Memiliki 3 ruas di
bagian abdoman nya dan memiliki sisir kelamin . sedangkan pada yng betina
ukuran relatife lebih besar, memiliki 6ruas pada bagian abdomennya dan tidak
memiliki sisir kelamin
Sepoetro(1975)
menyatakan
bahwa pada drosophila ditemukan 4
pasang kromosom .pada lalat jantan dan betina umumnya adalah sama , tetapi ada
sedikit perbedaan yaitu pada salah satu kromosom jantan terdapan lengkungan
seperti mata pancing.
Goodenough(1984)
menyatakan bahwa pada drosophila jantan dan betina dapat mudah di pisahkan dalam bentuk
segmen-segmen abdomen. Abdomen betina mempunyai ujung runcing dan pola
garis-garis yang berbeda dari pada abdomen jantan. Kelamin lalat di tentukan
sebagian oleh kromosom X yang dimiliki individu. Normalnya lalat betina akan
memiliki 2 kromosom X. Sedangkan lalat jantan hanya memiliki 1 kromosom X
tambah 1 Y heterokromatik. Pada lalat buah kromosom Y tidak memiliki peranan
penting dalam penentuan jenis kromosom pada kromosom drosophila hanya sedikit gen aktif.
Terdapat perbedaan yang terlihat jelas dari Drosophila melanogaster jantan
dan Drosophila melanogaster betina,yaitu ukuran tubuh lalat betina lebih
besar dibandingkan lalat jantan, ujung abdomen pada lalat betina meruncing dan
pada abdomennya terdapat garis-garis hitam melintang, sedangkan pada lalat
jantan ujung abdomennya tumpul berwarna kehitam-hitaman, pada abdomennya
terdapat sedikit garis-garis melintang dan terdapat sex comb yang tidak
terdapat pada lalat betina. Sex comb adalah sisir kelamin sebagai
penanda lalat jantan (Suryo 2003:
177-178).
Drosophila melanogaster dan antropoda lain mempunyai konstruksi
modular, suatu seri segmen yang teratur. Segmen ini menyusun tiga bagian tubuh
utama: kepala, toraks (tubuh bagian tengah, dari sayap dan kaki berawal), dan
abdomen, perut bagian bawah. Drosophila melanogaster seperti hewan
simetris bilateral lainnya. Drosophila ini mempunyai poros anterior dan
posterior (kepala-ekor) dan poros dorsoventral (punggung-perut). Pada
Drosophila, determinan sitoplasmik yang sudah ada di dalam telur memberi
informasi posisional untuk penempatan kedua poros ini bahkan sebelum
fertilisasi, setelah fertilisasi, informasi dengan benar dan akhirnya akan
memicu struktur yang khas dari setiap segmen. (Campbell dkk. 2002: 423-424).
Drosophila melanogaster normal (wild type) memiliki
ciri-ciri memiliki mata yang berwarna merah berbentuk elips. Terdapat pula mata
oceli yang ukurannya jauh lebih kecil dari mata majemuk, berada pada bagian
atas kepala, di atas di antara mata dua mata majemuk, berbentuk bulat. Terlihat
sungut yang berbentuk tidak runcing dan bercabang-cabang. Kepala berbentuk
elips. Thorax terlihat berwarna krem, ditumbuhi banyak bulu, dengan warna dasar
putih. Abdomen bersegmen lima, segmen terlihat dari garis-garis hitam yang
terletak pada abdomen. Sayap Drosophila melanogaster wild type memiliki
panjang yang lebih panjang dari abdomen lalat, lurus, dan bermula dari thorax
dengan warna transparant. Urat tepi sayap (costal vein) mempunyai dua bagian
yang terinteruptus dekat dengan tubuhnya. Sungut (arista) umumnya berbentuk
bulu, memiliki 7-12 percabangan. Crossvein posterior umumnya lurus, tidak
melengkung. Pengamatan determinasi dan pembedaan strain Drosophila satu dengan
lainnya menunjukkan adanya perbedaan baik dari bentuk sayap, warna mata, warna
tubuh, dan ukuran tubuh (Ghostrecon
2008: 1).
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1
Rancangan Penelitian
Rancangan penelitian
adalah suatu hal yang penting dalam suatu penelitian ilmiah, maka penulis
menyusunnya sebagai berikut :
- Identifikasi Variabel, yakni faktor-faktor yang
berpengaruh dalam suatu penelitian. Ada beberapa variabel dalam suatu
penelitian. Untuk mengetahui pengaruh suatu variabel terhadap variabel
lainnya. Pengamatan dilakukan terhadap variabel tersebut, dan mengukur
variabel yang di pengaruhinya. Sementara itu, variabel yang lain
dibuat tetap (terkontrol) untuk mengisolir fenomena yang dapat berpengaruh
terhadap pengamatan tersebut. Ada pun variabelnya sebagai berikut :
Ø Variabel bebas, yaitu Jenis makanan
Ø Variabel terikat, yaitu warna
mata
Ø Memilih peralatan yang sesuai dengan penelitian.
Ø Melakukan pengamatan akurat, dalam hal ini adalah
melakukan pengamatan terhadap semua objek dalam penelitian pada saat melakukan
penelitian terutama pada alat dan bahan agar tujuan dari penelitian dapat
dicapai.
Ø Mengumpulkan data dan hasil penelitian, dalam hal
ini pencatatan data harus jelas guna kelancaran penelitian.
3.2 Alat dan Bahan
1.Alat
a. botol
/toples, 9 buah
b. kaca
pembesar
c. kain
kasa
2.Bahan
a. Pisang
b. mangga
c. gula
merah
d. tape
singkong
3.3 Cara Kerja
1. Menyiapkan
bahan yang di butuhkan
2. Mencampurkan
gula merah dengan air , lalu masak hingga mendidih
3. Sementara
itu , memblender 7 gram pisang hingga halus
4. Mencampur
pisang dengan tape singkong yang telah di blender didalam air gula yang sedang mendidih
5. Mengaduk
sampai rata diatas api yang kecil
6. Dan
diamkan sampai pisang menjadi matang
7. Membiarkan
adonan mendidih sekitar lebih kurang 15 menit
8. Apabila
adonan sudah dingin menyiapkan 3botol / toples dan memasukkan adonan kedalam botol
tersebut dan tutup dengan kain kasa
9. Mengamati
lalat yang sudah masuk kedalam botol tersebut , pilih botol yang paling banyak
terdapat lalat Drosophila dan mengambil lalat jantan dan betina sebanyak 9 pasang
10. Mengulangi langkah diatas untuk membuat adonan ( jenis
makanan ) baru dengan media mangga dan pepaya
11. Kemudian
mengamati keturunan dari lalat Drosophila .
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Deskripsi Data
Adapun data yang terkumpul adalah sebagai berikut:
ciri tubuh
|
Bentuk sayap
|
Warna mata
|
||||
Jantan
|
betina
|
Jantan
|
Betina
|
Jantan
|
betina
|
|
berukuran kecil
|
berukuran besar
|
lebih pendek
|
lebih panjang
|
merah
|
merah
|
Bahan
|
ciri tubuh
|
bentuk sayap
|
warna mata
|
||
Jantan
|
Betina
|
||||
Pisang I
|
kecil
|
Besar
|
pendek
|
Panjang
|
Merah
|
Pisang II
|
kecil
|
Besar
|
pendek
|
panjang
|
Merah
|
Pisang III
|
kecil
|
Besar
|
pendek
|
panjang
|
Merah
|
Mangga I
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
Mangga II
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
Mangga III
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
Pepaya I
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
Pepaya II
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
Pepaya III
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
4.2
Pembahasan
Setelah kita memancing lalat di temukan
lalat jantan dan betina dengan ciri-ciri tubuh seperti ini, lalat jantan lebih
kecil badannya di bandingkan lalat betina, lalat jantan sayapnya lebih pendek
di bandingkan dengan lalat betina,dan warna matanya semuannya merah, setelah d
temukannya lalat jantan dan betina,lalat tersebut di silangkan dengan media
makanan yang berbeda. Pada toples yang berisi pisang di dapatkan keturunan yaitu
sayap pendek pada lalat jantan dan sayap panjang pada lalat betina dan warna
matanya semuanya merah. Pada toples yang berisi mangga,pada saat persilangan
lalat tersebut mati karena pengaruh suhu , makanan , dan lingkungan.
2.3. Faktor yang Mempengaruhi Siklus Hidup Drosophila
melanogaster
Faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan pada siklus hidup Dhrosophila melanogaster antara lain:
Faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan pada siklus hidup Dhrosophila melanogaster antara lain:
1.
Suhu
Lingkungan
Lalat
buah mengalami kondisi siklus hidup dan pertumbuhan yang optimal sekitar 8-11
hari apabila berada pada suhu 25o-28oC. Waktu perkembangan yang paling pendek
(telur-dewasa), adalah 7 hari, dan dicapai pada suhu 28° C. Perkembangan
meningkat pada suhu yang lebih tinggi, yaitu sekitar 30° C, selama 11 hari, hal
tersebut berkaitan dengan pemanasan tekanan. Pada suhu 25° C tersebut, lama
harinya umumnya adalah sekitar 8.5 hari, sedangkan pada suhu 18° C lama harinya
sekitar 19 hari dan pada suhu 12° C lama hari perkembangannya adalah 50 hari.
Pada suhu 30o, lalat buah dewasa yang dihasilkan akan steril.
2.
Nutrisi
makanan
Kekurangan
nutrisi atau makanan akan menyebabkan jumlah telur yang dihasilkan menurun dan
pertumbuhannya menjadi lambat. Lalat buah yang kekurangan nutrisi juga akan
menghasilkan larva-larva yang kecil, pupa yang kecil dan seringkali gagal
tumbuh menjadi lalat dewasa atau menghasilkan individu dewasa yang akan
menghasilkan sedikit telur. Vitabilitas telur-telur ini juga dipengaruhi juga
oleh jenis makanan yang dimakan oleh induk.
3.
Tingkat
Kepadatan
Pengisian
botol medium sebaiknya dengan menggunakan medium buah yang cukup dan tidak
terlalu banyak. Jumlah lalat buah dalam botol medium juga mempengaruhi kualitas
pertumbuhan lalat buah, yang dikembangkan dalam botol media cukup hanya
beberapa pasang saja. Dengan kondisi yang ideal, lalat buah dapat hidup hingga
40 hari. Kondisi botol yang terlalu padat akan menurunkan jumlah telur yang
dihasilkan dan menurunkan lama hidup suatu individu (tingkat kematian
meningkat).
4.
Intensitas
cahaya
Dhrosophila
melanogaster menyukai daerah yang remang-remang. Intensitas cahaya yang tinggi
akan menyebabkan fase bertelur yang terlambat. Intensitas cahaya yang gelap
(rendah) akan menyebabkan pertumbuhannya menjadi lambat. kita tidak mengetahui pengaruh makanan pada
lalat drosophila karena pada saat persilangan pada toples mangga dan pepaya lalat
tersebut mati sehingga kita tidak mengetehui perbedaan makanan.Dan hasil
persilangannya sama dengan induknya karena saat memancing induk lalat
menggunakan media pisang .Dalam mencari F1 keturunannya tidak berbeda jauh
karena belum mengalami mutasi gen dan mutasi biasanya terjadi pada F2 .
|
||||||||||||||||||||||||
BAB V
PENUTUP
5.1
Kesimpulan
Berdasarkan penelitian yang telah kami lakukan dapat disimpulkan bahwa,pada
persilangan lalat drosophila kita tidak mengetahui pengaruh makanan terhadap
warna mata karena hanya pada media pisang saja yang dapat menghasilkan
keturunana , sedangkan pada media mangga dan pepaya tidak menghasilkan
keturunan .Tahap yang dilewati adalah telur, larva, pupa dan imago lalu
selanjutnya berkembang menjadi Drosophila sp dewasa.
0 komentar:
Posting Komentar